Kamis, 26 Juni 2008

Badak Jawa



ENGLISH

The Javan Rhino ( Rhinoceros sondaicus)

The Javan Rhino is probably the rarest large mammal in the world with only 50 - 60 surviving world-wide. Apart from a few individuals in Cat Tien National Park in Vietnam, the entire world population is found in just one location: Ujung Kulon National Park, Banten Province. No wonder it is listed as Critically Endangered in the IUCN Red List of Threatened Species . P oaching of this one-horned rhino stopped entirely in 1990s, but f orest encroachment and illegal extraction around the park pose continuing threats.

Apart from supporting anti-poaching patrols, and research on Javan Rhino, our effort in Ujung Kulon National Park is also focused on supporting the habitat management in the hope that the existing environment can maintain a larger population. These efforts include reducing threats from encroachment and illegal extractions and initiating ways to reduce Javan Rhino competition with Banteng ( Bos javanicus ) and to increase the availability of their food plant by halting and reducing the invasion of Arenga palm. After ten years of facilitation, our effort is also focused on preparing the readiness of community groups established during the project to continue without further assistance from us.

Physical Descriptions of Javan rhino
It is dusky grey in colour
It has a single horn, about 25 cm long, but the horn maybe absent or very small in females
Its weight ranges between 900-2,300 kg, and the body length between 2-4 m.
Its height can reach up to 170 cm.
Its skin has a number of loose folds giving the appearance of armor plating.
It is similar in appearance but slightly smaller than the Indian rhino, with a much smaller head and the skin folds less apparent.
The upper lip is pointed and can be used to grasp food and bring it to the mouth.


From: WWF Indonesia

INDONESIAN

Badak Jawa ( Rhinoceros sondaicus)

Badak Jawa mungkin merupakan mamalia besar paling langka di dunia dimana hanya 50 Ð 60 yang bertahan hidup di seluruh dunia. Terlepas dari segelintir individu di Taman Nasional Cat Tien di Vietnam, keseluruhan populasi di dunia hanya dijumpai di satu lokasi: Taman Nasional Ujung Kulon, Provinsi Banten. Tidak heran hewan ini tercantum sebagai Yang Sangat Terancam dalam IUCN Red List of Threatened Species [Daftar Merah Spesies Yang Terancam dari IUCN]. Perburuan badak bercula-satu ini secara keseluruhan berhenti di tahun 1990-an, tetapi pelanggaran terhadap hak atas hutan dan ekstraksi ilegal di seputar taman menimbulkan ancaman yang berlangsung terus-menerus .

Terlepas dari upaya mendukung patroli anti-perburuan dan penelitian terhadap Badak Jawa, upaya yang kami lakukan di Taman Nasional Ujung Kulon juga terfokus pada upaya mendukung pengelolaan habitat dengan harapan lingkungan yang ada dapat mempertahankan populasi yang lebih besar. Upaya ini mencakup upaya mengurangi ancaman akibat pelanggaran atas hak dan ekstraksi ilegal dan memrakarsai cara-cara untuk mengurangi kompetisi Badak Jawa dengan Banteng ( Bos javanicus ) dan untuk meningkatkan ketersediaan tanaman yang menjadi makanan mereka dengan menghentikan dan mengurangi invasi Arenga palm.

Setelah sepuluh tahun melakukan fasilitasi, upaya kami juga terfokus pada menyiapkan kelompok masyarakat yang telah dibentuk selama proyek berlangsung agar terus dapat berupaya tanpa bantuan lebih lanjut dari kami.

Uraian fisik badak Jawa:
Berwarna abu-abu kehitam-hitaman;
Bercula satu, panjang kurang-lebih 25 cm, tetapi cula bisa saja tidak ada atau sangat kecil sekali ukurannya pada betina;
Beratnya antara 900 Ð 2300 kg, sedangkan panjang tubuhnya antara 2 Ð 4 m;
Tingginya dapat mencapai 170 cm;
Kulitnya memiliki sejumlah lipatan lepas yang memberikan kesan penampakan lapis baja;
Penampakannya serupa tetapi agak lebih kecil dibandingkan dengan badak India dimana kepalanya jauh lebih kecil dan lipatan kulitnya kurang begitu terlihat;
Bibir atas meruncing dan dapat digunakan untuk meraih makanan dan membawanya ke dalam mulut.

Dari:WWF Indonesia

Tidak ada komentar: